

BENGKULU – Kelapa muda menjadi buah paling laris di Kota Bengkulu saat bulan puasa. Banyak pedagang kelapa muda musiman yang bermunculan untuk memenuhi permintaan warga, terutama bagi umat Islam.
Hampir di setiap sudut Kota Bengkulu, banyak pedagang kelapa muda yang menjual dagangannya. Yang menarik ialah kelapa muda baru dibuka dan diambil air serta isinya saat ada pembeli yang datang jadi air kelapa dijamin masih fresh.
Salah satu penjual kelapa muda di Jalan. Basuki Rahmat, Sukamerindu, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu Rita mengaku jika di bulan Ramadan ini ada kenaikan harga kelapa yang biasanya di bandrol harga 10 ribu sekarang naik menjadi 12 ribu.
“Untuk pasokan kelapa ini saya dapat dari Pondok Kelapa, tapi bisa keliling juga ga hanya dari sana karena kelapa sekarang sedang susah mungkin karna banyak pembeli juga di bulan Ramadan, ini ngambil kelapa dari tempat pengepulnya agak mahal jadi mulai hari ini kelapa disini naik dari yang biasa kelapa polos atau tambahan gula merah biasanya Rp.10.000 sekarang untuk kelapa polos Rp.10.000 dan kalau tambah gula merah Rp.12.000,” ujar Rita, Rabu (12/03/2025).
Rita juga menambahkan bahwa saat bulan Ramadan, dagangan kelapanya lebih laris. Tapi, pengeluarannya juga lebih besar karena harga bahan-bahan seperti gula putih dan gula merah ikut naik.
“Pengeluaran untuk sampah itu otomatis jadi dua kali lipat ketika bulan ramadan, karena kan sampah dari kelapa semakin banyak yang biasanya uang sampah perbulan Rp.600.000 sekarang di bulan ramadan jadi Rp.1.200.000, harga kelapa naik, gula naik, walaupun pendapatan banyak tapi ya pengeluaran nya juga banyak, jadi lebih enak ketika bulan biasa daripada bulan ramadan kalau untuk berjualan karena semua harga nya stabil,” tambah Rita.
Meskipun harga kelapa muda dan biaya operasional meningkat selama Ramadan, permintaan tetap tinggi karena banyak warga yang mencari kesegaran air kelapa untuk berbuka puasa.
Para pedagang, seperti Rita, tetap berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan meski harus menghadapi kenaikan harga bahan baku dan biaya tambahan lainnya.
Mereka berharap setelah Ramadan, harga-harga kembali stabil sehingga usaha mereka bisa terus berjalan tanpa beban pengeluaran yang terlalu besar.
Penulis: Aisyah Ramadania
Mahasiswi Universitas Dehasen Bengkulu
Tidak ada komentar.