Logo

Dosen Unib Ciptakan Alat Pendeteksi Banjir, Baru Dipasang di Sidomulyo

BENGKULU – Berbagai ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi membuat para civitas akademika bisa menciptakan inovasi keren yang dapat membantu kehidupan masyarakat.

Seperti yang dilakukan tiga orang dosen dari Fakultas Teknik Universitas Bengkulu ini misalnya. Dia adalah, Hendi Santosa yang ahli dibidang telekomunikasi, Junes Haidi ahli control dan Lindung Zaibun Mase, ahli dalam bidang mitigasi bencana.

Ketiga ilmu yang dikuasi oleh masing-masing dosen itu digabung, sehingga terciptalah alat pendeteksi banjir menggunakan komunikasi nirkabel yang dinamakan Early Warning System flood detection with wireless communication. Dimana, dari alat pendeteksi itu warga bisa tahu jika banjir akan datang, sehingga warga dapat segera mengungsi dan menyelamatkan barang-barang berharga di rumah.

Hendi Santosa menjelaskan, alat pendeteksi banjir tersebut berfungsi jika level air dari sungai di lokasi itu naik mencapai 30 centimeter, maka alat tersebut akan mengirimkan sinyal warning (peringatan) dengan ditandai bunyi sirine selama lima menit.

Namun jika level air naik mencapai hingga 50 centimeter, itu menandakan kategori bahaya yang menyebabkan air banjir akan masuk ke rumah warga. Suara suara sirine yang dikeluarkan pun akan lebih lama, yakni 15 menit.

“Fungsinya pendeteksi dini bencana banjir. Jadi dari alat ini bisa memberi tahu kan warga. Jadi jika level air naik tinggi warga bisa siap-siap mengungsi dan mengevakuasi barang ke tempat yang lebih aman,” kata Hendi Santosa, Minggu (14/8).

Ditambahkan Hendi, alat pendeteksi banjir tersebut tidak menggunakan listrik PLN. Jadi, kata Hendi jika listrik padam, alat itu masih akan tetap berfungsi.

“Ini menggunakan solar cell. Jadi mau dipasang di remote areal, misalnya di hulu sungai supaya kita bisa mendeteksi, berapa jam banjir di Kota Bengkulu, itu bisa. Selain itu, alat pendeteksi banjir ini juga memonitoring jarak jauh menggunakan lora. Kalau kini masih jarak 1 kilometer. Nanti yang lebih jauh kita bisa pasang,” tambahnya.

Sementara itu, ide pembuatan alat pendeteksi banjir menggunakan komunitas nirkabel ini sendiri bisa tercipta dari keluhan masyarakat Timur Indah yang kerap dilanda banjir saat hujan deras turun. Sebab, air dari bendungan air napal naik dan menggenangi perumahan warga di sana.

Pembuatan alat itu membutuhkan waktu selama dua bulan dengan mengeluarkan dana sebesar Rp. 35 juta. Dana itu merupakan bantuan dari Kementerian Pendidikan RI.

“Kami tim dari pembuatan alat ini menggunakan dana dari Kementerian Pendidikan. Alat ini tercipta karena masyarakat disini mengeluh rumahnya sering direndam banjir. Nah pembuatan alat ini memakan waktu dua bulan,” tutup Hendi.

Untuk sementara, alat pendeteksi banjir itu baru terpasang di bendungan sungai air napal jalan Timur Indah Kelurahan Sidomulyo Kota Bengkulu. Selain di daerah tersebut, ada tiga sungai besar di Kota Bengkulu yang selalu naik saat hujan turun yang menyebabkan banjir besar. Jadi, kata Hendi dibutuhkan enam alat pendeteksi untuk dipasangkan.