Logo

Bengkulu Pusat Iklim Dunia, Wagub Request Kompensasi & Edukasi Untuk Masyarakat

bengkulunews.co.id – BADAN Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengemukakan, berdasar penelitian baru-baru ini, Provinsi Bengkulu dinilai merupakan pusat iklim dunia. Ketua Tim Peneliti iklim Benua Maritim Indonesia (BMI) BPPT, Fadli Syamsudin mengatakan kajian tersebut didasari kondisi Bengkulu menjadi pusat terbentuknya awan hujan.

 “Untuk Indonesia, pusat iklim di Bengkulu, sedangkan Benua Maritim Indonesia memberi pengaruh penting terhadap iklim dunia,” kata dia di Bengkulu pada awal tahun 2016 lalu.

BPPT telah melakukan penelitian iklim di Bengkulu dari 9 November hingga 25 Desember 2015 terkait dampak iklim global dari perubahan iklim di Bengkulu. “Bersama kami, terdapat enam peneliti dari BPPT-nya Jepang dan satu dari BPPT-nya Prancis,” terang Fadli Syamsuddin.

Fadli menjelaskan Bengkulu menjadi pusat iklim karena pengaruh kondisi perairan dan topografi wilayah yang menjadi lokasi awal proses terbentuknya awan hujan. “Bukan Sumatera Barat, atau atau daerah Jawa lainnya yang menjadi pusat, tetapi Bengkulu, karena tidak ada kepulauan di perairan Bengkulu,” katanya. Sehingga, perairan di Provinsi Bengkulu menjadi tempat pertemuan empat arus laut yang akhirnya menjadi daerah tempat proses terjadinya penguapan pembentukan awan hujan yang menjadi musim hujan atau kemarau dan mempengaruhi iklim dunia.

Dengan kata lain, hujan di Indonesia sebagian besar terbentuk di Bengkulu. Awan tersebut bergerak menyebar ke seluruh Benua Maritim Indonesia dan negara-negara lain di dunia. “Pada umumnya awan yang terbentuk berupa awan Cumulonimbus (cb),” jelasnya.

Pemerintah Provinsi Bengkulu menyambut baik penelitian yang telah dilakukan itu, Pemprov juga siap mendukung penelitian-penelitian selanjutnya. Terkait hasil sementara penelitian, bahwa Bengkulu mempengaruhi iklim cuaca dunia, Wakil Gubernur Bengkulu, Dr H Rohidin Mersyah MMA mengungkapkan, berpengaruhnya cuaca Bengkulu terhadap iklim di sejumlah negara di dunia itu dikarenakan sedikitnya 43 persen dari luas Provinsi Bengkulu merupakan hutan lindung yang tidak boleh ditebang. Andaikan hutan lindung itu rusak, Wagub khawatirkan dampak buruk terhadap cuaca di dunia.

 “Hampir setengah dari luas Provinsi Bengkulu ini adalah hutan lindung, jadi sangat masuk akal bila berkontribusi dalam pembangunan atau mempertahankan iklim global yang nyaman. Karena kita disuruh menjaga hutan, maka kita akan minta apa kompensasinya untuk Bengkulu,” terang Rohidin.

Terkait hal itu, Wagub mengatakan, pihaknya akan menyampaikan hasil penelitian itu ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan guna mendapatkan kompensasi bagi Provinsi Bengkulu. Diakuinya, menjaga hutan agar tidak dirambah masyarakat bukan perkara mudah. Sebab, sebagian besar hutan lindung tersebut berdampingan dengan pemukinan masyarakat. Sehingga menjadi tugas berat bagi pemerintah untuk tetap menahan emosi masyarakat agar tidak merambah hutan tersebut.

“Pemerintah pusat harus memikirkan mata pencaharian masyarakat yang tinggak berdampingan dengan hutan tersebut. Jangan sampai masyarakat kita semakin miskin hanya karena kita tetap ingin mempertahankan cuaca di dunia. Ini harus ada regulasi yang jelas agar masyarakat mendapatkan manfaat secara ekonomis dari kawasan hutan yang kita pertahankan itu,” tutur Wagub Rohidin.

Terkait keinginan BPPT dan pihak lainnya yang ingin melanjutkan penelitian atmosfer di Provinsi Bengkulu dalam skala besar selama 2 tahun, yakni 2017-2019, Rohidin mengaku Pemerintah Provinsi Bengkulu akan memberikan dukungan penuh. Ia berharap dengan adanya penelitian itu, Pemerintah Provinsi Bengkulu bisa menyajikan data empiris dan faktual terkait dengan iklim.

“Semakin akurat data yang kita miliki, maka semakin jelas bahwa Bengkulu memiliki posisi penting dalam mempertahankan iklim global yang sehat tersebut,” tandasnya.

Terkait arus perairan Bengkulu yang juga mempengaruhi iklim dunia, Rohidin mengharap adanya edukasi terhadap pemerintah daerah dan juga masyarakat. Bengkulu mempunyai rencana besar yaitu membangun ekonomi maritim, sehingga pembangunan yang bakal dilakukan Bengkulu tetap menjada iklim global agar tetap dalam kondisi seimbang.

Laut dan hutan Bengkulu haruslah bisa memberikan manfaat ekonomis untuk masyarakat, dengan tetap menjaga keseimbangan iklim alam. Untuk itu, Wagub mengharap adanya kompensasi dan edukasi yang sama-sama menguntungkan untuk masyarakat Bengkulu secara khusus, serta penduduk dunia tentunya. (122)