Bengkulu News #KitoNian

Asal Usul Kucing jadi Hewan Peliharaan Manusia Sejak Zaman Mesir Kuno

Kucing. Foto Dok,BN

Rakuten Inisight pernah melakukan survei online tentang hewan yang paling banyak dipelihara di Asia, salah satunya kucing. Survei ini melibatkan 97 ribu responden dari China, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Taiwan dan Vietnam.

Dari survei itu terungkap bahwa sebanyak 59% orang memiliki hewan peliharaan di rumah. Nah dari sekian banyak hewan peliharaan, kucing adalah salah satu binatang yang paling banyak dirawat oleh orang Indonesia.

Hasil survei tersebut diketahui bahwa beragam jenis kucing yang dipilih menjadi sahabat manusia, Indonesia menduduki peringkat pertama, sekitar 47% cat owners. Menyusul Filipina (42%), Thailand (42%), Vietnam (34%), Malaysia (34%), dan yang paling buncit adalah Korea Selatan (9%).

Selain mengetahui banyaknya orang di Asia yang memelihara kucing, para peneliti memahami bahwa mereka yang merawat teman berbulu ini, berdampak positif bagi kesehatan si pemiliknya.

Menurut data Euromonitor 2021, populasi peliharaan kucing di Indonesia meningkat dari tahun 2017 ke 2021 sebesar 129%. Market kategori pasir kucing pun meningkat 108% dibanding tahun sebelumnya, dimana kesadaran terhadap kebersihan terus menguat karena pemilik hewan hidup bersama dengan hewan peliharaannya.

Kucing mulai dijinakkan di Fertile Crescent sekitar 10 ribu tahun lalu, berdasarkan penelusuran DNA. Kucing modern saat ini umumnya keturunan spesian Kucing liar Afrika, Felis silvestris lybica.

Asal Usul Kucing

Dilansir dari nationalgeographic.com, ribuan tahun lalu, spesies lucu ini datang ke tempat kediaman manusia karena tetarik dengan tikus dan sisa makanan. Dari situ, orang mulai menyadari, bahwa hewan pemburu ini memiliki manfaat. Sejak itu kucing dan manusia mulai hidup bersama. Hewan ini juga dibawa berkelana dengan kapal mengelilingi dunia.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Claudio Ottoni seorang peneliti dari University of Rome mengatakan penjinakan kucing terjadi periode Neolitik di zaman Mesir kuno. Kucing yang dijinakkan terbagi menjadi dua jenis.

Kucing domestik memiliki nenek moyang yang sama yaitu berasal dari kucing liar Afrika Utara atau Asia Barat. Tidak hanya itu, dengan mempelajari DNA kucing purba dari seluruh dunia, para peneliti menemukan domestikasi kucing terjadi pada periode Neolitik dan kemudian sampai pada Mesir kuno

Di tempat lain, penjinakan kucing liar juga ditemukan di China sekitar 5 ribu tahun lalu. Spesies yang dijinakkan berupa kucing macan tutul. Peneliti dari French National Centre for Scientific Research Jean Denis Vigne mempelajari sisa-sisa kerangka kucing di China dan menemukan hubungannya dengan macan tutul di China.

Eva Maria Geigl dari Institute Jacques Monod Paris, mempresentasikan penelitian soal penyebaran kucing berdasarkan sejarah. Ia dan timnya mengambil DNA mitokondria dari 209 kucing domestik yang ditemukan di dalam 30 situs arkeologi Timur Tengah, Afrika dan Eropa.

Penyebaran kucing sendiri terjadi dalam dua tahap utama. Pertama, adalah ketika lahan pertanian pertama kali muncul di daerah timur Mediterania dan Turki. Di situlah tepatnya, nenek moyang kucing domestik pertama kali ditemukan.vDi masa itu, kucing mulai diundang masuk dekat ke area pemukiman untuk membantu petani mengusir tikus yang merusak biji-bijian.

Kedua, terjadi beberapa ribu tahun kemudian. Tepatnya antara abad ke-4 sebelum masehi dan abad ke-4 masehi. Para ilmuwan menemukan jejak kucing yang memiliki keturunan mitokondria dari Mesir muncul di sekitar Bulgaria, Turki, dan sub-sahara Afrika.

Beda dengan di Mediterania, di Bulgaria kucing diundang masuk ke geladak kapal dan digunakan untuk membasmi hama tikus. Temuan ini dikuatkan lagi dengan penemuan berikutnya. Yaitu adanya kucing dengan DNA mitokondria Mesir di sebuah situs viking Jerman Utara, di sekitar tahun 700 sebelum masehi.

Dalam penelitian lain tahun 2014, ditemukan fakta bahwa kucing domestik telah dikembangbiakkan di Mesir sekitar 6000 tahun yang lalu. Penelitian ini, menguatkan penelitian milik Geigl.

Baca Juga
Tinggalkan komen