Logo

Kawasan Kota Tua Bengkulu Bekal Dipercantik, Diharapkan jadi Destinasi Wisata Baru

Kawasan Kota Tua Bengkulu pada malam hari. -Dok. BN

Kawasan Kota Tua Bengkulu pada malam hari. -Dok. BN

KOTA BENGKULU – Kawasan wisata Kota Tua di wilayah Pasar Bengkulu akan terus dikembangkan. Kawasan ini diaharapkan dapat menjadi destinasi wisata baru di Kota Bengkulu. Rencana ini telah diwujudkan dalam program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku).

“Saat ini perkembangan pembangunan di Kota Bengkulu terus akan dilakukan pemerintah, baik pembangunan yang pembiayaannya menggunakan APBN maupun APBD Provinsi maupun Kota Bengkulu,” ungkap Walikota Bengkulu, Helmi Hasan saat membuka Lokakarya Kotaku di salah satu hotel di kawasan wisata Pantai Panjang, Senin (13/9/2021).

Pengembangan kawasan ini nantinya akan menelan anggaran Rp. 16 miliar. Anggaran ini diambil dari APBN sebesar Rp. 10 miliar dan APBD Kota Bengkulu sebesar Rp. 6 miliar.

Helmi mengatakan, saat ini fokus pemerintah dalam program Kotaku masih terpusat di kawasan Pasar Bengkulu. Pembangunan kawasan ini dianggap dapat memicu perekenomian Kota Bengkulu sekaligus peremajaan sektor pariwisata.

“Saat ini, fokus pembangunan pemerintah khususnya melalui Program Kotaku masih di kawasan Pasar Bengkulu,” katanya.

Kepala Badan Penelitan dan Pengembangan Kota Bengkulu, Firman Romzie mengatakan, saat ini pengembangan kawasan tersebut telah mencapai 80 persen dari anggaran APBN dan APBD Kota Bengkulu. Pembangunan ini dilakukan pada tiga segmen dengan pola pembangunan wisata sungai.

“Pembangunan akan dilanjutkan hingga mencapai jembatan sungai Bengkulu. Anggarannya sendiri sudah kita usulkan ke pusat pada tahun 2022 mendatang, harapannya usulan tersebut dapat disetujui,” tutupnya.

Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) adalah satu dari sejumlah upaya strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mempercepat penanganan permukiman kumuh di Indonesia dan mendukung Gerakan 100-0-100, yaitu 100 persen akses universal air minum, 0 persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak. (Red)