Logo

HMI; Berdiri di Tengah Pilihan

BENGKULU – Ada ungkapan lama mengatakan bahwa satu orang kader HMI sebanding dengan 40 mahasiswa biasa. Sekiranya itu terdengar agak berlebihan, tapi begitulah seharusnya. Perbandingan yang dimaksud bukanlah secara kuantitas personalia, melainkan nilai perjuangan yang dikandung setiap kader HMI yang di-gembleng pada saat perkaderan. Dalam istilah kader HMI dikenal dengan sebutan Nilai Dasar Perjuangan.

Mungkin banyak kritikan yang datang kepada HMI tentang terlalu fokusnya kepada aktifitas perkaderan dibanding dengan pergerakkannya. Padahal tidak demikian, memang perkaderan sangat diprioritaskan karena menyangkut regenerasi nilai jangan sampai terputus pada era ini. Pergerakkan yang didasari kesadaran nilai akan menghasilkan usaha perjuangan yang khusuk.

Bahkan hidup ini juga tidak perlu hasil, yang penting berusaha, berjuang terus tanpa henti. Justru pada saat berusaha, berjuang itu lah nikmat hidup itu. Tentu kritikan itu bersumbu pada pengamatan mata kasar saja, dan bagi HMI, itu biasa.

Akhir-akhir ini kritikan kepada HMI mulai bermunculan, terkait dengan peran dan posisi HMI dalam momentum tahun politik ini.

Berkenaan dengan itu, kami katakan bahwa HMI tidak akan ikut kedalam polarisasi masyarakat yang terjadi akibat pilihan-pilihan politik.

Untuk menyikapi tantangan itu, pilihan HMI adalah memoderasikan bagaimana keberlangsungan bangsa ini tetap akan berjalan, walau siapapun pilihan presidennya.

Emha Ainun Najib berkata, “lakukan, seriusin, dan cintailah hobi anda, dengan demikian siapapun presidennya, anda tetap akan diminati orang”.

Ungkapan itu mengantarkan kita kepada paradigma tengah-tengah, yang seolah-olah tidak perduli dengan siapapun presidennya. Padahal yang ingin disampaikannya adalah bahwa seberapapun penting presiden itu, lebih penting diri kita sendiri sebagai rakyat Indonesia, yang kuat, yang besar, yang bersatu.

Pemerintah mungkin kewalahan “diserang” oleh bangsa asing, tapi asing tidak akan berani menyerbu secara massal kedalam negeri, justru asing yang ketakutan, semua karena asing tidak berani dengan rakyat Indonesia.

Rakyat Indonesia hanya tertipu dengan istilah-istilah yang memecah belah persatuan, dengan pemberitaan-pemberitaan hoax, isu SARA.

Tetapi semua itu tidak lama lagi akan menjadi biasa dan rakyat indonesia sendiri akan kembali menyadari hal itu. Sebab yang terjadi saat ini adalah karena ketidaksadaran itu sendiri, dan Allah yang mengistimewakan bangsa ini akan menjadi subjek paling utama dalam menentukan masa depan Rakyat Indonesia.

Rakyat Indonesia tidak akan pernah takut dengan ancaman politik, ekonomi, asing sekalipun.

Rakyat Indonesia tidak akan jatuh lebih dalam lagi dengan tawaran sorgawi asing yang merambah identitas, kerana rakyat ini adalah Bangsa yang sangat yakin dengan jalan Allah. Bahwa Indonesia adalah Bangsa Besar, yang akan menggendong dunia (Mangkubumi)

Penulis adalah Ketua Umum HMI Cabang Bengkulu, M Yuda