

BENGKULU – Suasana semarak mewarnai acara jalan sehat dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-54 Provinsi Bengkulu yang digelar di Balai Raya Semarak, Sabtu (19/04/2025). Ribuan masyarakat mengikuti kegiatan tersebut, tak terkecuali para pelaku UMKM yang turut meramaikan acara dengan menjajakan berbagai jenis makanan dan minuman.
Salah satu jenis minuman yang paling banyak dijajakan dan diserbu oleh pengunjung adalah es teh. Para pedagang es teh pun mengaku mendapat berkah dari membludaknya pengunjung yang membeli dagangan mereka.
“Alhamdulillah, banyak yang beli. Dagangan kami cepat habis,” ungkap Ali, salah satu penjual es teh yang berjualan di area sekitar Balai Raya Semarak.
Ali mengungkapkan bahwa momen seperti ini memang menjadi harapan para pedagang kecil untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Ia bersama beberapa pedagang lain sengaja datang lebih awal untuk mendapatkan tempat strategis dan menyiapkan persediaan minuman yang cukup banyak.
“Ini kesempatan kami untuk mengais rezeki. Acara besar seperti ini sangat membantu kami para pedagang kecil,” tambahnya.
Menariknya, di tengah suasana jalan sehat tersebut, Wakil Gubernur Bengkulu, Mian, sempat menyapa langsung para pedagang. Dalam interaksinya dengan warga dan pedagang, Mian menyampaikan niat baik untuk memborong es teh dari para pedagang guna dibagikan secara gratis kepada masyarakat yang hadir.
“Tadi Pak Mian bilang, es teh ini akan dibagikan ke masyarakat dan uangnya akan dibayarkan oleh panitia,” terang Ali.
Namun, harapan para pedagang akan pembayaran dari panitia tak berjalan mulus. Ali mengungkapkan bahwa ketika ia dan beberapa pedagang mencoba menagih kejelasan kepada pihak panitia, mereka justru mendapat jawaban yang membingungkan.
“Pas kami tanya, panitia saling melempar sana-sin,” keluhnya.
Kondisi ini sempat membuat para pedagang khawatir, terlebih mereka telah mengeluarkan modal cukup besar untuk memproduksi es teh dalam jumlah banyak, ditambah lagi sebagian sudah dibagikan secara gratis sesuai janji dari pihak pemerintah daerah.
Melihat situasi yang mulai ramai dan adanya tekanan dari para pedagang yang menuntut kejelasan, pihak panitia akhirnya memberikan solusi sementara. Mereka meminta para pedagang untuk membuat nota pembelian sebagai bentuk dokumentasi yang nantinya akan diajukan untuk proses pelaporan dan pembayaran.
“Jadi, disuruhnya kami buat nota. Katanya, nanti bisa dilaporkan dan dibayarkan,” jelas Ali.
Meski belum mendapat kepastian soal waktu pembayaran, para pedagang berharap pihak panitia dan pemerintah daerah menepati janji mereka. Nota-nota yang dikumpulkan kini menjadi harapan agar jerih payah mereka tidak sia-sia.
“Kami hanya berharap janji itu ditepati. Jangan sampai kami yang kecil-kecil ini dirugikan,” pungkas Ali.
Tidak ada komentar.