Logo

Cerita Anak Desa yang Ingin Bahagiakan Orang Tuanya

SEORANG anak laki-laki (sebut saja Murid) dari salah satu Desa pulau Sumatera sedang menimbah ilmu di negeri Jawa kepada seorang guru bijak yang kaya raya. Guru bijak adalah seorang pegusaha terkenal memiliki banyak usaha dan bisnis seperti perhotelan, perkebunan, bahkan tambang. Motivasi si Murid ingin belajar karena ingin sukses dan membahagiakan kedua orang tuanya.

Suatu hari tepatnya Jumat legi, Murid yang sudah disekolahkan kurang lebih satu bulan di salah satu sekolah di negeri nan jauh, itu tiba-tiba mengeluh dan berkata kepada guru bijak. Murid berkata bahwa dia tidak mau lagi belajar di sekolah.

Guru bijak kaget bukan kepalang mendengar keluhan si murid. Padahal, sepengetahuan guru bijak, murid itu adalah anak yang rajin dan ulet. Bahkan motivasinya untuk belajar adalah ingin membahagiakan kedua orang tuanya.

Guru bijak tadinya tengah asyik membaca buku, meletakkan buku itu di atas meja kemudian bertanya pada si murid. Terjadilah dialog singkat antara guru bijak dan murid.

“Nak, apa yang menyebabkan dirimu sampai tidak mau lagi belajar di sekolah itu? bukankah dirimu yang saya kenal adalah anak yang rajin, ulet dan pantang menyerah,” tanya guru bijak.

“Begini ceritanya guru. Setiap saya sedang serius belajar, saya melihat sebagian murid tengah asyik bermain gadgate nya dan sebagiannya lagi asyik bercerita. Saya tertanggu guru dan tidak fokus,” kata si Murid.

Setelah mendengar si murid dan tahu apa yang menjadi alasanya. Guru bijak pun sudah tahu solusi untuk anak ini. Dengan santai dan tenang, guru bijak kembali bertanya kepada sang murid.

“Nak, sebenarnya apa yang menjadi tujuanmu untuk belajar menimbah ilmu disini?” tanya guru lagi.

Murid pun menjawab dengan tegas “Saya ingin pintar dan sukses seperti guru. Saya dilahirkan susah, tapi saya tidak mau menyusahkan orang tua saya. Ketika sukses nanti, cita-cita saya adalah membahagiakan orang tua saya. Saya ingin membelikan mereka rumah, mobil dan memberangkatkan mereka ke haji,” kata si murid

Mendengar impian anak tersebut, Guru bijak pun terenyuh dan terharu sembari meneteskan air mata. Sebab di benak hati guru bijak, motivasi anak itu tidak ada bedanya ketika dia masih kecil dulu. Guru bijak adalah anak yatim piatu dan susah, tapi ingin menjadi orang sukses.

Untuk memastikan impian si murid, guru bijak kembali mengulangi pertanyan kepada si murid.

“Apakah benar itu yang menjadi impian dan tujuanmu hidup yang katanya kamu sungguh-sungguh ingin belajar,” tanya guru.

“Iya guru, itulah impian saya,” jawab Murid singkat.

“Kenapa kalau kamu ada impian membahagiakan orang tua kamu seketika kamu ingin berhenti belajar. Bagaimana dengan imipian mu itu nanti?” kata guru.

Si Murid pun menjelaskan, bahwa dia merasa terganggu dengan kondisi belajar dan teman-teman sekolah itu. Guru bijak yang sudah ada solusi untuk si Murid pun berkata, “Kalau begitu besok saya berikan kamu tugas,” kata guru bijak.

Murid dengan riang siap menerima tugas dari guru bijak.

“Siap guru! Akan saya kerjakan tugas itu asalkan saya tidak terganggu lagi disaat belajar di sekolah,” jawab Murid.

Pagi harinya, Murid yang sudah siap berangkat ke sekolah dipanggil oleh guru bijak.

“Nak, seperti apa yang bapak sampaikan semalam, hari ini bapak kasih kamu tugas ya,” kata guru.

Guru bijak pun menyuruh si Murid mengambil sebuah gelas kaca di dapur untuk dibawa ke sekolah.

“Ambil sebuah gelas kaca di dapur dan bawa ke sekolah,” ucap guru bijak.

Diambillah gelas itu oleh si Murid dan dimasukkanlah ke dalam tasnya.

Murid yang penasaran bertanya kepada guru bijak untuk apa gelas kaca itu. Guru bijak pun menjelaskan nanti di sekolah disaat gurumu mulai mengajar, kamu izin keluar dari kelas dan bawa gelas itu kemudian isi air hingga penuh.

“Untuk apa guru?” tanya Murid.

Guru bijak menjawab selama pelajaran berlangsung, kamu harus mengelilingi kelas mu itu sebanyak 10 kali. Dan ingat, jaga agar air yang berada di dalam gelas agar tidak tumpah sedikitpun.

Akhirnya si Murid mengerjakan apa yang ditugaskan oleh guru bijak. Dia mengelilingi kelas sembari menjaga air yang di dalam gelas agar tidak tumpah setetes pun seperti yang ditugaskan oleh guru bijak. Akhirnya tuntaslah tugas itu dan waktu pulang sekolah pun tiba.

Murid yang sudah berhasil menyelesaikan tugas itu dengan sempurna bergegas berlari pulang, tak sabar ingin menyampaikan keberhasilannya itu kepada guru bijak.

Tiba di rumah, murid melaporkan bahwa tugas yang diberikan sudah dikerjakanya dengan sempurna. Guru bijak yang sedang duduk santai di teras belakang rumah sambil menikmati secangkir kopi mulai bertanya kepada si Murid.

Pertanyaan pertama yang keluar dari guru bijak untuk memastikan apakah tugas itu sudah dikerjakan atau belum.

“Apakah tugas yang diberikan tadi benar sudah dikerjakan?” tanya guru bijak.

“Sudah guru!” jawab Murid.

“Bagaimana dengan air yang di dalam gelas tadi, apakah ada yang jatuh meskipun setetes ketika kamu mengeliligi kelas itu selama 10 kali?” tanya guru bijak.

“Tidak ada guru. Tidak ada sedikitpun air yang jatuh dari gelas itu,” jawab Murid.

“Bagaimana bisa kamu menjaga air itu agar tidak tumpah, padahal kamu memutari kelas itu sebanyak 10 kali, bukankah membuat kamu lelah?” tanya guru bijak lagi.

“Sepanjang saya membawa gelas itu, saya jalan perlahan demi perlahan dan fokus kepada gelas agar air di dalamnya tidak tertumpah meskipun hanya setetes,” jawab Murid.

“Sepanjang kamu membawa gelas berisi air tadi, apakah kamu melihat teman-teman kelas mu tengah asyik bermain gadget dan apakah kamu mendengar mereka asyik bercerita?” tanya guru bijak.

“Tidak guru, saya tidak mendengar dan tidak melihat mereka,” jawab Murid.

“Kenapa kamu sampai tidak melihat dan mendengar mereka,” tanya guru lagi.

“Karena saya fokus menjaga air di dalam gelas agar tidak tumpah sepanjang saya mengelilingi kelas selama 10 kali,” jawab Murid.

Setelah selesai dialog pertanyaan-pertanyaan itu, guru bijak kembali bertanya kepada Murid.

“Apa yang engkau sadari dan pahami dari tugas yang diberikan tadi nak?” tanya sang guru.

Murid pun menjawab, sekarang dia mengerti dan paham apa maksud dari tugas yang diberikan guru bijak. Murid berkata sepanjang dia fokus menjaga gelas itu agar air di dalamnya tidak tumpah. Dia tidak peduli dengan orang disekitarnya yang tengah asyik bermain gadget dan bercerita.

“Saya hanya fokus mengelilingi kelas sambil menjaga gelas itu agar air di dalamnya tidak tumpah, maka saya tidak melihat dan mendengar kesibukan orang lain. Saya tetap fokus dengan tujuan saya agar air itu tidak tumpah,” ungkap si murid.

Murid pun akhirnya paham maksud dari tugas yang diberikan oleh guru bijak. Bahwa fokus adalah kunci sukses, tidak peduli apa kata orang terhadap kita dan tentang kita. Yang terpenting adalah kita tetap fokus pada impian dan tujuan kita. (*)

(Cerita pendek ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan tempat dan nama bahkan cerita dalam cerita ini)