Berita Nasional dan Lokal #KitoNian

Mencicipi Pendap, Kuliner Khas Bengkulu dalam Bungkusan Talas

KOTA BENGKULU – Pendap adalah salah satu kuliner Bengkulu yang namanya tidak asing lagi didengar. Kuliner ini biasa dicari oleh wisatawan lokal maupun luar daerah karena rasanya yang khas.

Sajian ini biasa dijadikan lauk, walaupun dulunya kerap dijadikan sebagai cocolan ubi oleh warga Bengkulu. Rasanya gurih dengan dominasi pedas dan kelapa parut.

Sebagai lauk dari bahan daun talas, bumbu rendang dan ikan laut, pendap memiliki daya tahan cukup lama untuk disimpan. Rata-rata makanan ini bisa bertahan selama 4-5 hari. Jadi cocok untuk dibawa sebagai oleh-oleh pulang kampung.

Nur Laili, salah satu pedagang pendap di wilayah Tanjung Agung, Kota Bengkulu mengatakan, selain warga lokal penggemar pendap kebanyakan berasal dari luar daerah. Wisatawan biasa membeli hanya untuk sekedar mencoba rasanya.

DSC 0372
Penjual Pendap di Wilayah Tanjung Agung. Foto, BN

Pendap di Kota Bengkulu dijual seharga Rp 8 ribu hingga Rp. 12 ribu tergantung ukuran bungkusan yang dibeli. Namun ukuran tidak menentukan rasanya, sebab setiap pendap dibuat dengan bumbu yang sama. Variasinya hanya terletak dari parutan kelapa dan ikan yang digunakan.

Memasak pendap bukanlah hal mudah. Butuh ketelitian dan keuletan untuk menghasilkan pendap yang lezat. Bumbu yang digunakan harus sesuai dengan takaran. Jika tidak rasanya akan berbeda dan cepat berubah saat disimpan dalam waktu lama.

Sedangkan untuk ikan yang digunakan beragam. Ada yang menggunakan ikan kakap, ikan dencis maupun ikan lainnya yang tidak memiliki banyak tulang.

DSC 0370
Pendap. Foto, BN

Setelah diolah, pendap dibalut dengan daun talas hingga rapat. Bungkusan ini kemudian ditambah dengan daun pisang lalu diikat menggunkan tali plastik. Ini untuk menjaga pendap tidak bocor saat dikukus.

Proses pengukusan membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk dijual pada pagi hari, proses pengukusan dilakukan mulai pukul 10 malam atau kurang lebih delapan jam hingga siap.

Pengukusan pendap juga tidak boleh ditinggal. Proses ini harus terus diawasi untuk mengecek air rebusan jangan sampai kering. Jika sedikit berkurang, air rebusan harus langsung ditambah. (red/adv)

Baca Juga
Tinggalkan komen