Bengkulu #KitoNian

Cerpen: Mengenang dalam Satu Waktu

Bagian 2

Sudah setahun setelah kejadian itu Arabelle hidup dengan berjuang sendiri, sejak itu Ia tidak pernah bertemu lagi dengan laki-lai yang di jumpainya setahun lalu. Kenangan itu masih membekas dan melekat padanya, entah bagaimana kehidupan laki-laki itu sekarang. Apakah Ia sudah menjadi Langit seperti apa yang Ia katakan dulu? Arabelle memiliki pertanyaan besar yang akan Dia tanyakan pada laki-laki itu.

Hari ini langit tampak indah mentari bersinar hangat, awan tampak cantik membentuk sesuatu yang indah. Arabelle berdiri dibawah atap halte bus sembari menatap langit, bus yang ditunggu Arabelle telah tiba. Arabelle menaiki dengan perlahan, Ia memilih tempat duduk didekat jendela sembari memandangi jalanan yang dilewati. Roda bus melaju dengan seirama, melewati lampu merah dan jalanan padat.

Bus berhenti di halte pemberhentian yang dituju penumpang, Arabelle turun dari bus. Ia berjalan melewati zebra cross lalu mengikuti jalan setapak menuju sebuah taman, mentari perlahan mulai menarik diri ketempat persembunyian. Setelah melewati jalanan setapak kaki Arabelle menginjak rerumputan yang masih asri, udaranya juga sejuk.

Arabelle merebahkan diri pada kursi taman yang terbuat dari kayu, dengan celana jeansnya itu Ia melipatkan kakinya yang mungil. Menghadapkan wajah kepada langit Ia meletakan tas ranselnya sebagai penyangga kepalanya, Arabelle menatap langit lekat entah apa yang ada difikirannya saat ini. Arabelle hanya menatap langit cukup lama ya Ia merindukan kedua orangtuanya.Arabelle hanya bisa mengingat setiap kenangan bersama orangtuanya baginya itu sudah cukup untuk menghilangkan rasa rindunya. Ia tak boleh lebih dari itu, Ia tak boleh lemah. Araballe bersikap tegas terhadap dirinya sendiri tanpa tau batasan, Ia tak boleh menangis apapun situasi yang Ia alami.

Langit tampak terlihat sepi tanpa mentari, karna mentari telah menarik diri ketempat persinggahannya. Tuk… ada sesuatu yang menetes pada dahi Arabelle Tuk.. lagi dan lagi. Arabelle menyadari bahwa dirinya sedang diserbu oleh rerintikan hujan, Arabelle bangkit dari kursi Ia tidak berlari menghindari rerintikan itu. Ia justru berdiri tegak dalam rerintikan itu, mematung membiarkan dirinya tenggelam dalam guyuran hujan. Arabelle tersenyum tipis ‘bahkan langit tak membiarkan aku merindukan mereka sedikitpun’ gerutu Araballe.

Arabelle bergegas mengambil tas ranselnya yang tergeletak dikursi baru saja Ia ingin berbalik dan beranjak dari taman entah kenapa hujan berhenti, berhenti hanya pada dirinya saja. Ia mendengakkan kepala hendak melihat apa yang terjadi pada langit, dan Ia dapati sesuatu yang melindunginya dari hujan payung selebar bahunya berwarna merah tua.

Ia memalingkan pandangannya dari payung dan menoleh ke belakang, Arabelle tertegun tak dapat berkata. Saat ini Ia sedang bertatapan dengan seseorang yang memiliki mata yang indah, matanya sendu namun tajam. Arabelle tidak bisa memalingkan pandangannya Ia tersihir bibirnya kelu. Hatinya bergejolak, Ia hanya bisa memandang sosok itu.

“Selalu saat langit sedang tidak bersahabat,”
Bersambung..

Bagian 1

Baca Juga
Tinggalkan komen