Bengkulu News #KitoNian

BIOPESTISIDA Si Racun Ramah Lingkungan

Oleh : Alin Shania Damayanthi

DALAM usaha budidaya tanaman, salah satu masalah utama yang sering muncul adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

OPT menjadi salah satu masalah dalam usaha budidaya tanaman. Tidak sedikit kerugian yang harus ditanggung oleh petani dikarenakan serangan yang ditimbulkan oleh OPT.

Bila tidak ditekan, serangan OPT akan terus meningkat. Meningkatnya serangan akan berakibat pada makin rusaknya tanaman yang dibudidayakan.

Oleh kerena itu, perlu upaya untuk mengendalikannya. Hingga saat ini, untuk mengendalikan serangan OPT tanaman petani lebih memilih menggunakan pestisida kimia, sebagai satu-satunya cara untuk mengendalikan OPT.

Pestisida biasanya identik dengan suatu bahan ataupun zat kimia yang bersifat racun karena dapat membunuh ataupun membasmi berbagai serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Pestisida digolongkan menurut kegunaannya, yaitu Insektisida, Fungisida, Herbisida, Rodentisida, dan lainnya.

Dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian pestisida seperti kenaikan populasi suatu OPT, dapat menyebabkan resistensi suatu populasi, bahaya keracunan yang ditimbulkan dan yang paling berbahaya adalah akibat dari penggunaan pestisida dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Residu pestisida yang merusak lingkungan juga turut pula meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan pangan di beberapa kalangan konsumen domestik dan menimbulkan hambatan terhadap ekspor perdagangan hasil tanaman pertanian.

Ada sekitar 40% kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi manusia sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10% bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.

Sebuah penelitian tentang kanker juga pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida.

Pestisida kimia yang paling banyak menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengancam kesehatan manusia adalah golongan organoklorin.

Tingkat kerusakan yang disebabkan oleh senyawa organoklorin lebih tinggi jika dibandingkan senyawa lain, karena senyawa ini peka terhadap sinar matahari dan tidak mudah terurai.

Fenomena “Back to Nature” yang belakangan menjadi tren dalam pemilihan produk pangan dan hasil pertanian lainnya, telah memicu kecenderungan konsumen yang menghendaki produk-produk yang bebas dari bahan-bahan kimia.

Hal tersebut mengharuskan para petani untuk mengurangai atau bahkan meniadakan bahan kimia dalam proses produksi baik dalam penggunaan pupuk maupun pestisida.

Berdasarkan laporan dari FAO (Food and Agriculture Organization) penggunaan pestisida kimia sudah dalam taraf menghawatirkan keselamatan konsumen.

Residu bahan kimia yang terkandung dalam produk pertanian sudah jauh diambang batas dan sudah dalam tatap membahayakan keamanan pangan.

Untuk itulah, sudah saatnya para petani beralih menggunakan pestisida organik (Biopestisida) yang sebenarnya banyak terdapat disekitar kita.

Penggunaan bio pestisida, adalah alternatif paling aman untuk mewujudkan pertanian organik, karena pestisida organik ini nyaris tidak menimbulkan dampak bahaya (hazard effect) baik bagi konsumen maupun bagi lingkungan.

Sejalan dengan hal tersebut, biopestisida juga akan menjadi solusi bagi pemecahan masalah residu pestisida yang semakin lama semakin merusak lingkungan bahkan kesehatan manusia.

Oleh karena hal tersebut, maka dikembangkan berbagai jenis pestisida yang berbahan tumbuhan dan mikroorganisme yang lebih bersahabat dengan lingkungan dan juga manusia.

Jika dilihat dari makna nya, Biopestisida adalah pestisida hayati yang bahan utamanya berasal dari makhluk hidup seperti mikroorganisme, bakteri, cendawan, nematoda ataupun virus.

Biopestisida digunakan untuk mengendalikan hama atau penyakit yang mengganggu, merusak, atau menyerang tanaman.

Biopestisida dikatakan ramah lingkungan adalah karena tidak adanya kandungan zat racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan yang tentu sangat berbeda dibanding dengan pestisida kimia yang biasa digunakan.

Sama seperti pestisida yang memiliki banyak jenis yang digunakan untuk bermacam OPT khusus, Biopestisida juga tebagi kedalam beberapa jenis.

Diantaranya adalah bioinsektisida, biofungisida, biobakterisida, bioherbisida dan bionematisida.

Masing-masing biopestisida tersebut penggunaan dan pemakaiannya disesuaikan juga dengan jenis OPT yang menyerang atau mengganggu tanaman yang diusahakan atau dibudidayakan.

Biopestisida yang telah dikembangkan, digolongkan menjadi tiga jenis atau golongan yaitu sebagai berikut :

1. Biopestisida mikroba (microbal biopesticides)

Pestisida mikroba merupakan pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa atau alga sebagai senyawa aktif penyusunnya.

Pestisida ini memiliki kemampuan untuk mengendalikan berbagai jenis OPT, meskipun masing-masing bahan aktif yang terdapat di dalamnya bersifat khusus terhadap OPT sasarannya.

Sebagai contohnya, terdapat beberapa jamur yang mampu mengendalikan gulma tertentu, dan jamur lain mampu mengendalikan serangga tertentu.

Pestisida mikroba yang paling banyak dikenal pestisida di antaranya adalah Bacillus thuringiensis, atau Bt. Bakteri ini dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada tanman kubis, kentang, dan tanaman lainnya.

Bt menghasilkan protein yang berbahaya bagi serangga hama tertentu. Beberapa pestisida mikroba lainnya bertindak melalui mekanisme kompetisi atau persaingan terhadap OPT.

Pestisida mikroba perlu terus dipantau untuk memastikan apakah pestisida tersebut tidak menyebabkan kerugian terhadap organisme bukan sasaran lainnya, termasuk di dalamnya adalah manusia.

2. Biopestisida yang dimasukkan dalam tanaman (plant-incorporated protectants)

Biopestisida ini merupakan substansi pestisida yang yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari materi genetik yang telah dimasukkan ke dalam tubuh tanaman.

Para ilmuwan telah mampu mengambil gen dari protein yang bersifat racun pada Bt, dan menyisipkan gen tersebut ke dalam materi genetik tanamanitu sendiri.

Tanaman yang telah mengandung gen bakteri Bt menghasilkan substansi kimia yang mampu mematikan OPT.

3. Pestisida biokimia (biochemical pesticides)

Pestisida yang tergolong dalam pestisida organikini antara lain senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan OPT, seperti zat pengatur tumbuh tanaman, senyawa yang dapat menghalau atau menarik OPT, seperti feromon.

Mengingat adanya kesulitan untuk menentukan apakah pestisida alami dapat mengontrol OPT melalui mekanisme tak-racun, maka Environment Protection Agency (EPA) telah membentuk sebuah komite untuk menentukan pestisida yang termasuk dalam kriteria pestisida biokimia atau pestisida organik.

Setelah mengetahui pengertian, manfaat dan jenis biopestisida yang ada, sekarang kita akan mengetahui apa saja beberapa contoh biopestisida yang dapat dibuat dari bahan dasar tanaman. Contohnya adalah sebagai berikut :

1) Babadotan (Ageratum conyzoides Linn)

Babadotan berfungsi sebagai penolak hama (repellent) dan menghambat perkembangan serangga.

2) Bawang Merah (Allium cepa)

Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pestisida organik adalah umbi. Ekstrak bawang merah bekerja sebagai penolak hama (repellent) dan pengendali serangga.

3) Bawang putih (Allium sativum L)

Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pestisida alami adalah seluruh bagian tanaman, yaitu umbi, daun dan bunga.

Bawang putih bekerja sebagai penolak hama (repellent) dan bersifat sebagai insektisida, nematisida, fungisida dan antibiotik.

4) Bengkuang ( Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)

Pestisida nabati bengkuang berguna untuk mengendalikan Pengisap buah (Dasybus piperis CHINA) dan pengisap bunga ( Diconocoris hewitti DIST), Spodoptera litura, beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Hemiptera, Lepidoptera dan Orthoptera.

5) Cabai merah (Capsicum annuum)

Bagian yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah buah dan biji. Ekstrak buah dan biji cabai bersifat sebagai insektisida dan penolak hama (repellent).

Seiring dengan tren konsumen yang berkembang belakangan ini, yang menghendaki produk-produk pangan dan pertanian organik, penggunaan bio pestisida ini sangat cocok untuk diterapkan oleh para petani, karena produk pertanian yang akan mereka hasilkan nanti, benar-benar organik dan tentunya aman dikonsumsi oleh para konsumen.

Selain itu, menggunakan bio pestisida juga akan menekan biaya produksi, sehingga profit margin yang akan diperoleh petani dari aktifitas usaha tani mereka akan semakin besar.

Artinya penggunaaan material organik dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.(***)

Penulis merupakan Mahasiswi Agroekoteknologi Universitas Bengkulu 2017

Baca Juga
Tinggalkan komen